Jumat, 29 Mei 2009
MODEL SEKSIiieeeaakzz
Masih ada lagi lho...
Mau liat?
Yakin mau liat?
Udah Puas kan..
Jangan Coba coba niru ya..
Selengkapnya..
MIRIP FERRARI ?
Begini nie jadinya klo Suzuki SC 100 GX De Luxe di Pretelin jadi mirip Ferrari F40..
Biar Kantong kering yang penting Mecing..
Selengkapnya..
Rabu, 20 Mei 2009
New Divide
Akhirnya, setelah ditunggu-tunggu keluar juga lagu Linkin Park yang baru berjudul New Divide. lagu ini dibuat untuk soundtrack Transformers 2 : Revenge of The Fallen.
ini Liriknya dari mikeshinoda.com
NEW DIVIDE
LYRICS BY MIKE SHINODA AND CHESTER BENNINGTON
I remembered black skies / the lightning all around me
I remembered each flash / as time began to blur
Like a startling sign / that fate had finally found me
And your voice was all I heard
That I get what I deserve
So give me reason / to prove me wrong / to wash this memory clean
Let the floods cross the distance in your eyes
Give me reason / to fill this hole / connect the space between
Let it be enough to reach the truth that lies
Across this new divide
There was nothing in sight / but memories left abandoned
There was nowhere to hide / the ashes fell like snow
And the ground caved in / between where we were standing
And your voice was all I heard
That I get what I deserve
So give me reason / to prove me wrong / to wash this memory clean
Let the floods cross the distance in your eyes
Across this new divide
In every loss / in every lie
In every truth that you'd deny
And each regret / and each goodbye
was a mistake to great to hide
And your voice was all I heard
That I get what I deserve
So give me reason / to prove me wrong / to wash this memory clean
Let the floods cross the distance in your eyes
Give me reason / to fill this hole / connect the space between
Let it be enough to reach the truth that lies
Across this new divide
Selengkapnya..
Minggu, 03 Mei 2009
Mempertanyakan Kreativitas
Kompas, Minggu, 3 Mei 2009
Belakangan, nama band D’Masiv kembali mencuat. Namun, kali ini tidak dalam catatan-catatan prestasi dan rekor penjualan nada sambung pribadi atau RBT, melainkan dalam hal yang tidak mengenakkan. D’Masiv dituduh sebagai plagiat.
Bahkan, kredibilitas Anugerah Musik Indonesia Ke-12 tahun ini sempat diragukan hanya karena memasukkan nama band asal Jakarta itu sebagai salah satu unggulan peraih penghargaan Artis Pendatang Baru Terbaik-terbaik. Tak kurang dari anggota Dewan Pengarah AMI Seno M Hardjo sendiri mengakui pihaknya ”kecolongan” dengan masuknya D’Masiv . ”Tetapi, yang penting dia tidak terpilih sebagai pemenang,” tutur Seno.
Benarkah band yang beranggotakan Rian Ekky Pradipta (vokal), Nurul Damar Ramadhan (gitar), Dwiki Aditya Marsall (gitar), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bas), dan Wahyu Piadji (drum) itu menjiplak? Apa tepatnya yang ia lakukan sehingga mendapat tuduhan sebagai plagiat?
Menurut wartawan musik Buddy Ace, lagu mereka yang berjudul ”Dilema” mencontek hampir semua bagian dari lagu ”Soldier’s Poem” yang dibawakan band populer asal Inggris, Muse. ”Notasi, pola ritme atau irama, cara memainkan gitar, hingga cara menyanyi Rian sama dengan Muse,” tutur Buddy.
Tak berhenti sampai di situ, band pemenang acara kontes band A Mild Rising Star 2007 itu juga dianggap mencontek lagu-lagu musisi luar negeri lain. Di YouTube, sejak enam bulan silam beredar video rekaman yang menjajarkan lagu-lagu band tersebut dengan lagu yang dianggap telah dijiplak.
Lagu ”Dan Kamu”, misalnya, dianggap menjiplak ”Head Over Heels (In This Life)” milik band Switchfoot asal San Diego, Amerika Serikat. Lagu Switchfoot lainnya yang berjudul ”Awakening” ”diambil” intro dan ketukan ritmenya dalam lagu ”Diam Tanpa Kata”.
Intro lagu ”Luka Ku” mirip dengan ”Drive”-nya Incubus. Intro lagu ”Cinta Sampai di Sini” juga persis dengan ”Into The Sun” milik band Lifehouse dari Los Angeles, AS. Semua lagu itu ada di album perdana D’Masiv yang berjudul Perubahan.
”Racun”
Menurut Buddy, salah satu kelaziman dalam dunia jiplak menjiplak lima tahun terakhir ini adalah mencontek bagian intro atau refrain dari sebuah lagu. Bagian-bagian tersebut biasanya menjadi ”racun” atau ”hook”, yang menarik perhatian pendengar. ”Rian CS adalah salah satu dari sekian banyak musisi muda negeri ini yang akhirnya tertangkap basah melakukan copycat terhadap upaya membuat ’racun’ atau ’hook’ pada karya mereka,” tulis Buddy Ace dalam salah satu artikelnya.
D’Masiv menolak semua tudingan ini. Dalam jumpa pers yang digelar di Hard Rock Cafe Jakarta, 1 April lalu, vokalis Rian mengaku, dia dan grupnya hanya terinspirasi lagu-lagu dari musisi luar itu. ”Intinya, kalau aku bikin lagu tuh mengalir saja. Enggak pernah mikir. Seandainya ada kemiripan, itu pasti karena enggak sengaja. Kebetulan D’Masiv emang suka band-band kayak Muse, Switchfoot, Incubus. Kita emang terinspirasi banget sama mereka,” tutur Rian.
Bukan pertama
Sebenarnya kasus D’Masiv bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada tahun 2005, grup Radja pernah dituduh menji- plak lagu ”Teardrops” dari The Radios untuk lagu mereka, ”Jujur”, dan ”Lately”-nya Stevie Wonder untuk lagu ”Tulus”. Waktu itu Radja berkilah kemiripan yang terjadi adalah murni kebetulan dan ketidaksengajaan (Kompas, 7/1/2007).
Belakangan, lagu ”I Love U, Bibeh” dari kelompok The Changcuters juga dituduh meniru lagu populer grup Creedence Clearwater Revival (CCR), ”Have You Ever Seen the Rain?” ”Kerangka lagu itu mirip banget dengan lagunya CCR,” ungkap gitaris Dewa Budjana.
Terlepas dari tanggung jawab moral setiap artis, pertanyaan yang lebih mengganggu adalah apa yang sebenarnya terjadi pada industri musik Indonesia saat ini?
Indrawati Widjaja, Presiden Direktur Musica Studios tempat D’Masiv bernaung, mengaku tidak tahu bahwa lagu-lagu D’Masiv menjiplak karya orang lain. ”Kami selama ini memberi kebebasan kepada artis untuk membuat karya sendiri. Peristiwa ini memang sangat disayangkan. Kami berharap ini menjadi pelajaran berharga buat D’Masiv. Tetapi, saya juga meminta agar masyarakat tidak mematikan karier D’Masiv. Bagaimanapun mereka adalah band baru yang belum berpengalaman dan belum mengerti aturan di industri musik,” tutur Ibu Acin, panggilan akrab Indrawati.
Ini sebenarnya bukan hanya pelajaran bagi dunia industri musik. Mengingat pola yang sama juga terjadi di bidang kreatif lain, seperti film, sinetron, acara TV, bahkan seni rupa kontemporer. Kita, pasti tidak ingin semata-mata menjadi bangsa dengan semangat epigonis. (SUSI IVVATY)
Selengkapnya..
Belakangan, nama band D’Masiv kembali mencuat. Namun, kali ini tidak dalam catatan-catatan prestasi dan rekor penjualan nada sambung pribadi atau RBT, melainkan dalam hal yang tidak mengenakkan. D’Masiv dituduh sebagai plagiat.
Bahkan, kredibilitas Anugerah Musik Indonesia Ke-12 tahun ini sempat diragukan hanya karena memasukkan nama band asal Jakarta itu sebagai salah satu unggulan peraih penghargaan Artis Pendatang Baru Terbaik-terbaik. Tak kurang dari anggota Dewan Pengarah AMI Seno M Hardjo sendiri mengakui pihaknya ”kecolongan” dengan masuknya D’Masiv . ”Tetapi, yang penting dia tidak terpilih sebagai pemenang,” tutur Seno.
Benarkah band yang beranggotakan Rian Ekky Pradipta (vokal), Nurul Damar Ramadhan (gitar), Dwiki Aditya Marsall (gitar), Rayyi Kurniawan Iskandar Dinata (bas), dan Wahyu Piadji (drum) itu menjiplak? Apa tepatnya yang ia lakukan sehingga mendapat tuduhan sebagai plagiat?
Menurut wartawan musik Buddy Ace, lagu mereka yang berjudul ”Dilema” mencontek hampir semua bagian dari lagu ”Soldier’s Poem” yang dibawakan band populer asal Inggris, Muse. ”Notasi, pola ritme atau irama, cara memainkan gitar, hingga cara menyanyi Rian sama dengan Muse,” tutur Buddy.
Tak berhenti sampai di situ, band pemenang acara kontes band A Mild Rising Star 2007 itu juga dianggap mencontek lagu-lagu musisi luar negeri lain. Di YouTube, sejak enam bulan silam beredar video rekaman yang menjajarkan lagu-lagu band tersebut dengan lagu yang dianggap telah dijiplak.
Lagu ”Dan Kamu”, misalnya, dianggap menjiplak ”Head Over Heels (In This Life)” milik band Switchfoot asal San Diego, Amerika Serikat. Lagu Switchfoot lainnya yang berjudul ”Awakening” ”diambil” intro dan ketukan ritmenya dalam lagu ”Diam Tanpa Kata”.
Intro lagu ”Luka Ku” mirip dengan ”Drive”-nya Incubus. Intro lagu ”Cinta Sampai di Sini” juga persis dengan ”Into The Sun” milik band Lifehouse dari Los Angeles, AS. Semua lagu itu ada di album perdana D’Masiv yang berjudul Perubahan.
”Racun”
Menurut Buddy, salah satu kelaziman dalam dunia jiplak menjiplak lima tahun terakhir ini adalah mencontek bagian intro atau refrain dari sebuah lagu. Bagian-bagian tersebut biasanya menjadi ”racun” atau ”hook”, yang menarik perhatian pendengar. ”Rian CS adalah salah satu dari sekian banyak musisi muda negeri ini yang akhirnya tertangkap basah melakukan copycat terhadap upaya membuat ’racun’ atau ’hook’ pada karya mereka,” tulis Buddy Ace dalam salah satu artikelnya.
D’Masiv menolak semua tudingan ini. Dalam jumpa pers yang digelar di Hard Rock Cafe Jakarta, 1 April lalu, vokalis Rian mengaku, dia dan grupnya hanya terinspirasi lagu-lagu dari musisi luar itu. ”Intinya, kalau aku bikin lagu tuh mengalir saja. Enggak pernah mikir. Seandainya ada kemiripan, itu pasti karena enggak sengaja. Kebetulan D’Masiv emang suka band-band kayak Muse, Switchfoot, Incubus. Kita emang terinspirasi banget sama mereka,” tutur Rian.
Bukan pertama
Sebenarnya kasus D’Masiv bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada tahun 2005, grup Radja pernah dituduh menji- plak lagu ”Teardrops” dari The Radios untuk lagu mereka, ”Jujur”, dan ”Lately”-nya Stevie Wonder untuk lagu ”Tulus”. Waktu itu Radja berkilah kemiripan yang terjadi adalah murni kebetulan dan ketidaksengajaan (Kompas, 7/1/2007).
Belakangan, lagu ”I Love U, Bibeh” dari kelompok The Changcuters juga dituduh meniru lagu populer grup Creedence Clearwater Revival (CCR), ”Have You Ever Seen the Rain?” ”Kerangka lagu itu mirip banget dengan lagunya CCR,” ungkap gitaris Dewa Budjana.
Terlepas dari tanggung jawab moral setiap artis, pertanyaan yang lebih mengganggu adalah apa yang sebenarnya terjadi pada industri musik Indonesia saat ini?
Indrawati Widjaja, Presiden Direktur Musica Studios tempat D’Masiv bernaung, mengaku tidak tahu bahwa lagu-lagu D’Masiv menjiplak karya orang lain. ”Kami selama ini memberi kebebasan kepada artis untuk membuat karya sendiri. Peristiwa ini memang sangat disayangkan. Kami berharap ini menjadi pelajaran berharga buat D’Masiv. Tetapi, saya juga meminta agar masyarakat tidak mematikan karier D’Masiv. Bagaimanapun mereka adalah band baru yang belum berpengalaman dan belum mengerti aturan di industri musik,” tutur Ibu Acin, panggilan akrab Indrawati.
Ini sebenarnya bukan hanya pelajaran bagi dunia industri musik. Mengingat pola yang sama juga terjadi di bidang kreatif lain, seperti film, sinetron, acara TV, bahkan seni rupa kontemporer. Kita, pasti tidak ingin semata-mata menjadi bangsa dengan semangat epigonis. (SUSI IVVATY)
Selengkapnya..
Langganan:
Postingan (Atom)